Minggu, 20 Maret 2011

my hoby

My hoby

Barangkali generasi tua dulu sulit membayangkan bagaimana hobi mancing bisa menjadi sebuah bisnis yang sangat menguntungkan. Tetapi inilah kenyataan, sekarang hobi ini telah berkembang sedemikian rupa hingga mulai banyak dilirik sebagai lahan mencari keuntungan yang lumayan.
Tengoklah kolam-kolam pemancingan yang semakin hari semakin banyak bertumbuhan di pusat-pusat kota dan pinggiran, yang setiap Sabtu dan Minggu selalu ramai dikunjungi oleh pecandu mancing.
Toko-toko pancing semakin banyak dijumpai di pinggiran kota, bahkan terkadang bisa dijumpai di keramaian pedagang kaki lima, seolah menjual peralatan pancing sama untungnya dengan menjual pakaian atau peralatan rumah tangga lainnya.
Kalau pemancing tradisional zaman dulu cukup bermodalkan joran bambu, kenur, dan mata kail, pemancing modern sudah menggunakan peralatan yang jauh lebih canggih.

Untuk penggulung tidak lagi menggunakan gulungan kayu berbentuk seperti yoyo, tetapi menggunakan reel yang dibeli di toko-toko khusus peralatan pancing. Bentuk dan harganya pun bervariasi, dari yang puluhan ribu rupiah hingga puluhan juta rupiah.Para pemancing modern, apalagi yang profesional, sudah semakin membedakan antara mancing di air tawar dan mancing di laut. Di laut pun terdapat variasi pemakaian, reel yang dipakai di pinggir dengan yang dipakai di laut dalam. Dan, di laut dalam pun masih dibedakan antara reel yang dipakai untuk mancing dasar dan yang dipergunakan untuk menonda (trolling, memancing sambil melajukan perahu).

Demikian juga dengan joran, di samping variasi harga dan pemakaian, bahan yang dipergunakan semakin bervariasi, mulai dari fiberglass, grafit, fibercarbon hingga boron.Di Jakarta, kapal-kapal khusus mancing juga semakin banyak jumlahnya. Kalau kita lihat di Marina Ancol, deretan kapal mancing hampir memenuhi pelabuhan pesiar ini. Mereka tidak hanya dilengkapi dengan reel dan joran, tetapi juga depth sounder (alat pendeteksi keberadaan ikan) dan Global Positioning System (GPS) untuk menentukan koordinat sasaran lokasi mancing. Sehingga bagi golongan pemancing kelas atas ini hampir tidak ada kesukaran untuk memancing di lokasi yang sangat tepat.
Dengan adanya Internet, peralatan-peralatan mancing menjadi semakin dikenal dan perkembangan produk-produk baru dengan cepat diserap oleh kalangan menengah ke atas yang maniak pada hobi mengail ikan ini.

Hampir semua produsen alat pancing terkenal seperti Daiwa, Shimano, Penn, Abu Garcia, dan lain-lain selalu bersaing menawarkan produk baru mereka lewat Internet. Belanja peralatan ini secara on-line lewat Internet kemudian menjadi salah satu pilihan yang mulai membudaya.

Selasa, 11 Januari 2011

pemasaran

LEGIT

Achmad sugiharto

41090075

41.3A.01

Selasa 11 januari 2011

LEGIT merupakan usaha kecil menengah yang sudah 20 tahun eksis dengan berbagai macam produk makanan khas daerah Jawa timur - bojonegoro khususnya.
Salah satu ciri khas Kami adalah apabila anda berkunjung ke gerai Kami, anda akan merasakan suasana seperti berkunjung ke rumah keluarga tersayang anda. Setiap konsumen akan mendapatkan makanan yang langsung diambil dari dapur produksi Kami yang tentu saja dengan suasana kekeluargaan khas Sunda.
MAKANAN KAMPUNG YANG GAK KAMPUNGAN..itulah gambaran produk - produk Kami.

Anda bisa mengklik "
Info Perusahaan", "Katalog Produk" dan "Hubungi Kami" untuk melihat isi dan informasi lain dari situs LEGIT.

Produk Terbaru

KRIPIK PISANG RASA KEJU
KRIPIK PISANG RASA....

KRIPIK PISANG RASA MOCCA
KRIPIK PISANG RASA....

KRIPIK PISANG RASA MANIS
KRIPIK PISANG RASA....
untuk informasi lebih lanjut

Sugihartoachmad.blogspot.com

E-mail sugihartoachmad@rocketmail.com

Kamis, 14 Oktober 2010

TUGAS PENULISAN KEHUMASAN II


INDAHNYA PARIWISATA PINGGIRAN JAKARTA




ACHMAD SUGIHARTO
41090075
41.3A.01



AKADEMI KOMUNIKASII PUBLIC RELATIONS
BINA SARANA INFORMATIKA


Indahnya Pariwisata Pinggiran Jakarta



Delapan tahun sudah Kepulauan Seribu menjadi Kabupaten Kepulauan Seribu di bawah Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. Namun, walau termasuk dalam provinsi ibu kota Republik Indonesia, kondisi Kepulauan Seribu masih tertatih-tatih mengejar Ketertinggalannya, memang patut diakui, di beberapa sisi, kondisi Kepulauan Seribu sudah lebih baik.

Contoh yang paling menonjol, Kecamatan Kepulauan Seribu Selatan sejak tahun 2007 sudah dialiri listrik selama 24 jam. Aliran listrik disambungkan dengan kabel bawah laut, dengan kondisi ini, warga yang tinggal di tiga kelurahan, yakni Kelurahan Pulau Tidung Besar, Kelurahan Pulau Pari, dan Kelurahan Pulau Untung Jawa, bisa mengoptimalkan wilayahnya sebagai destinasi wisata bahari, namun, di Kecamatan Kepulauan Seribu Utara, listrik 24 jam masih menjadi impian terbesar warga. Bahkan, Pulau Sabira, pulau terjauh, sudah bisa dipastikan tidak bisa disambungkan dengan kabel bawah laut. Perjalanan ke Pulau Sabira membutuhkan waktu 4-5 jam menggunakan perahu cepat dari Jakarta, sejak berstatus sebagai kabupaten, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Kepulauan Seribu bertekad menjadikan wilayahnya sebagai tujuan wisata.





Dari 110 pulau yang ada, 45 pulau diperuntukkan bagi pariwisata. Namun, dari jumlah itu, baru 11 pulau yang telah dibangun dan mempunyai sarana pariwisata umum, di antaranya Pulau Bidadari, Pulau Ayer, Pulau Laki, Pulau Kotok Besar, dan Pulau Putri Pelangi,Potensi wisata Kepulauan Seribu sangat besar. Selain menyajikan pemandangan alam laut, di kawasan ini pun bisa dikembangkan wisata kuliner, wisata sejarah, wisata konservasi alam, dan juga wisata bahari, seperti menyelam dan memancing.
Di Pulau Onrust, misalnya, terdapat bangunan peninggalan Belanda. Pulau Rambut dan Pulau Bokor sudah lama dijadikan cagar alam sehingga bisa dijadikan sebagai obyek eco-tourism. Bahkan, di Pulau Rambut, wisatawan bisa melihat segala jenis burung karena menjadi tempat singgah burung-burung dunia yang bermigrasi,pulau Untung Jawa yang bisa dicapai dari Pantai Tanjung Pasir, Kabupaten Tangerang, dengan perahu motor dalam waktu hanya 30 menit dengan ongkos Rp 10.000-Rp 15.000 per orang kini sudah menjadi tempat wisata kuliner.
Menurut Bupati Kepulauan Seribu Baharuddin, jumlah pengunjung ke Pulau Untung Jawa setiap akhir minggu mencapai 4.000-5.000 orang. Tahun lalu jumlah kunjungan hanya 1.000 orang setiap minggunya. Jumlah ini belum termasuk wisatawan yang pergi ke pulau lain. Sebagian besar dari mereka memanfaatkan kapal-kapal nelayan yang cukup murah. Untuk ke Pulau Pramuka, misalnya, ongkosnya Rp 35.000 per orang.
HARTA BAWAH LAUT

Selain dari itu, Kepulauan Seribu yang merupakan salah satu tujuan wisata di Jakarta ternyata menyimpan kekayaan bawah laut yang luar biasa. Di kawasan tersebut diperkirakan terdapat lebih dari 38 situs benda cagar budaya bawah air dari kapal karam kuno yang tenggelam ratusan tahun lalu.
Hal itu diungkapkan Kepala Balai Taman Nasional Kepulauan Seribu Joko Prihatno pada ”Sosialisasi Peningkatan Peran Serta Masyarakat dalam Pelestarian Peninggalan Bawah Air” yang digelar Direktorat Peninggalan Bawah Air Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata, Rabu (28/4/2010) di Pulau Pramuka, Kepulauan Seribu, Jakarta.
”Sebagai kawasan konservasi, apa pun potensi yang ada di perairan bawah laut Taman Nasional Kepulauan Seribu tidak dibenarkan diangkat tanpa izin. Bahkan, untuk kepentingan penelitian harus mendapatkan izin penelitian,” katanya.
Menurut Joko, keberadaan situs ini perlu disurvei lebih lanjut sehingga bisa dimanfaatkan untuk wisata bawah laut sebagai salah satu daya tarik wisatawan. Dalam pengelolaannya, Taman Nasional Kepulauan Seribu akan tetap mengacu pada Pasal 19, 27, 32, dan 33 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Kawasan Konservasi.
Lien Dwiari dari Direktorat Bawah Air Direktorat Jenderal Sejarah dan Purbakala Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata mengatakan, peninggalan arkeologi bawah air merupakan warisan budaya yang bernilai penting bagi sejarah, ilmu pengetahuan, dan kebudayaan, terutama untuk pembentukan jati diri bangsa. Pengembangan nilai-nilai kemaritiman masa kini dan masa depan.
Kepala Seksi Perlindungan Direktorat Peninggalan Purbakala Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata Kosasih Bismantara mengatakan, benda cagar budaya merupakan kekayaan budaya bangsa yang penting artinya bagi pemahaman, pengembangan sejarah, ilmu pengetahuan, dan kebudayaan. (NAL)

Senin, 30 Agustus 2010

metode berfikir sang proklamator

Politik

Indonesia adalah Bung Karno, dan Bung Karno adalah Indonesia. Mungkin kalimat tersebut terdengar terlalu ekstrem, tetapi itulah kebenaran. Berkunjunglah ke mancanagara, sembarang negara. Ketika mereka bingung membayangkan letak Indonesia dalam petan dunia, katakan padanya nama Soekarno, maka pertanyaan akan terhenti, karena dianggap sudah menjelaskan semuanya.

Gambaran tersebut untuk menunjukkan, betapa kuncinya Sukarno dalam eksistensi negara Indonesia, baik di masa lalu, masa kini, maupun masa yang akan datang. Ratusan tahun bangsa-bangsa di Nusantara ini berjuang membangun identitas satu negara tidak berhasil. Gajah Mada nama besar dalam sejarah, bercita-cita tinggi menyatukan Nusantara, tetapi gagal total, bahkan menciptakan perang saudara antara Majahit dengan Pajajaran yang lukanya masih ada sampai sekarang.

Tetapi Bung Karno berhasil mewujudkannya, tidak hanya bangunan negara bangsanya (nations-state) tetapi juga lengkap dengan dasar filosofisnya (Philosofiche Gronslaag), dan rambu-rambu dasar bernegara yaitu Undang-Undang Dasar 1945. Ketika datang berita Jepang sudah menyerah kepada Sekutu tanggal 14 Agustus 1945, para pemuda mendesak kepada Sukarno untuk memproklamasikan Indonesia pada hari itu juga, tetapi Sukarno menolak, karena memiliki perhitungan politik tersendiri. Para pemuda terus mendesaknya, bahkan sempat ‘’menculiknya’’ ke Rengasdengklok, dan jawaban Bung Karno,”Silahkan proklamasikan sendiri, atau cari yang lain untuk memproklamasikannya, Sjahrir atau Tan Malaka atau siapapun yang mau” (Cindy Adam,1964).

Nyatanya tidak ada satu pun yang berani melakukan tindakan heroik itu. Ini membuktikan, Indonesia sangat membutuhkan Bung Karno. Tak mungkin Indonesia diproklamasikan oleh selain nama Sukarno, karena Proklamasi itu pasti tidak laku. Bung Karno lah yang yang merepresentasikan bangsa Indonesia, sehingga tatkala Proklamasi 17 Agustus itu diucapkan, kalimat pendeknya laksana magnit raksasa yang menyihir dan menggetarkan seluruh bumi Nusantara untuk mempersembahkan pengorbanan, berjihad mempertahankan kemerdekaan yang telah dinyatakan kepada seluruh penjuru dunia.

Oleh sebab itu, seribu patung di tengah kota, seribu nama jalan di kota-kota besar di Indonesia, seribu nama Bandara, atau penghargaan apa saja bagi Bung Karno tidak akan pernah lunas bagi bangsa ini untuk membalas jasa-jasanya. Mengenal, mengenang, menghormati Bung Karno adalah sebuah kewajiban bagi setiap bangsa Indonesia. Tetapi mengamalkan ajarannya, jauh lebih berharga.

Untuk memahami ajaran-ajarannya (Pancasila, Marhaenisme, Tri Sakti, Tri Logi, Gotongroyong, dan sebagainya) kita perlu mengenal metode berfikir Bung Karno. Bung Karno sebagai seorang generalis penyandang gelar Insinyur pertama di Indonesia dan memeperoleh 26 gelar Doktor Honoris Causa (Ilmu Politik, Ilmu Hukum, Ilmu Tauhid, Ilmu Kemasyarakatan, dsb) dari berabagai Universitas ternama di berbagai dunia, telah melewati batas-batas teori berfikir sekedar deduktif dan induktif, karena ketekunannya yang melakukan perantauan spiritual (Alfian,1982).

1.Metode Praksis

Yaitu metode yang memadukan antara aksi dan refleksi. Bung Karno melakukan aksi-aksi politik dengan berorganisasi sesama mahasiswa dan bergaul dengan masyarakat. Tindakan reflektif dilakukan dengan menghasilkan gagasan-gagasan besar ; Marhanisme (1926), Trilogi—kesadaran berbangsa, kemauan berbangsa, tindakan berbangsa (1928), “Indonesia Menggugat” (1931), “Mencapai Indonesia Merdeka” (1932), “Persatuan Islam” (1934), Pancasila (1945).

2. Metode Eklektif Sinkretis

Bung Karno sadar tidak ada pemikiran yang sempurna karena kebenaran bisa ada di mana-mana dan datang dari siapa saja. Maka ia melakukan tindakan eklektif, yaitu memilih yang terbaik dari berbagai aliran pemikiran yang ada di dunia. Pilihan ini dilakukan setelah berkelana dalam dunia intelektual, membaca buku- buku karangan tokoh-tokoh besar, membaca riwayat hidup para pemimpin-pemimpin besar dunia terdahulu seperti; Nabi Muhammad, Nabi Isa, George Washington, Thomas Jefferson, Karl Marx, Mahatma Gandi, Mazzini Jamaluddin Al-Afgani, Moh Abduh, serta berdialog intens dengan idola yang juga mertuanya HOS Tjokroaminoto, dan guru agamanya dari Bandung A. Hasan. Dari pengembaraan intelektual itu, Bung Karno tahun 1926 melahirkan gagasan “Nasionalisme, Islamisme dan Marxisme” yang menjadi cikal-bakal konsep “Nasakom” (Nasional-Agama-Komunis).

Di mata Bung Karno, Nasakom itu amanat Allah. Dalam sebuah pidatonya ia menegaskan bahwa yang dimaksudkan dengan Kom tersebut bukanlah komunisme dalam pengertian sempit (yang atheis), melainkan marxisme atau lebih tepat “sosialisme”. Kendati demikian Sukarno bersaksi, bahwa ,”Saya bukan komunis”. Dalam kasus 1965, ia tahu bahwa ada oknum PKI (Partai Komunis Indonesia) yang bersalah. Tetapi kalau ada tikus yang memakan kue di dalam rumah, jangan sampai rumah itu yang dibakar. (Asvi Warman Adam, 2003).

3. Optimistic Thinking

Untuk mencapai cita-citanya, juga untuk memotivasi rakyatnya, Bung Karno selalu berfikir optimistik. Ini sudah mulai tampak walaupun tahun 1920-an dunia baru saja megakhiri Perang Dunia I, dan penjajah Belanda sangat represif, tetapi sejak tahun 1926 Bung Karno sudah berani mencanangkan “Indonesia Merdeka”. Kepada rakyatnya ia selalu meminta; “Capailah bintang-bintang di langit”. Menirukan dalang wayang kulit yang menyandera sebuah negara sejahtera, Bung Karno juga memiliki keyakinan bahwa dengan kemerdekaan itu akan lahir negara Indonesia raya yang ”panjang punjung loh jinawi gemah ripah kerta tata raharja”.

Walaupun banyak pihak mengingatkan, bahwa agama dan komunis tidak bisa disatukan sampai kapan pun karena di dalamnya mengandung usur-unsur yang sangat berlawanan, tetapi Bung Karno optimistik bahwa agama dan nasionalis bisa bersatu asalkan,”Jangan ada agama phobi, jangan ada komunisme phobi!” (Di Bawah Bendera Rebvolusi, Jilid I). Ketika harus menyikapi sebuah kegagalan dalam perjuangan, ia tidak menyebut dengan kalimat gagal, tetapi dengan kalimat “pasang surut”. Bahkan ketika melihat peristiwa G 30 S/PKI yang melahirkan trauma sangat mendalam dari kedua belah pihak, Bung Karno masih menganggapnya hanya riak di tengah samudera dalam sejarah perjuangan bangsa yang sangat panjang.

4. Metode Dialektif

Metode ini mengasumsikan bahwa setiap thesa/tesis (kebenaran) akan melahirkan antithesa/antithesis (perlawanan atas kebenaran). Pertarungan antara thesa dengan antithesa akan melahirkan sinthesa. Sinthesa akan menjadi kebenaran baru, yang kembali akan memperoleh perlawanan hingga melahirkan dan terus melahirkan kebenaran baru. Dalam khasanah politik, setiap aksi akan melahirkan reaksi, yang pada akhirnya akan terjadi kolaborasi/kooperasi.

Sesungguhnya, dalam perspektif ini Pancasila merupakan sinthesa dari pertarungan ideologi-ideologi besar saat itu utamanya antara Kapitalisme dengan Komunisme. Mungkin sejarah bangsa akan lain, apabila sejak dulu dianggap sebagai sinthesa final, tanpa mengurai kembali pada unsur-unsur nasional-agama-komunisme. Pada tahun 1960 menawarkan agar nilai-nilai Pancasila menjadi dasar piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), dalam sebuah pidato di depan Sidang Umum PBB dengan judul “To Build The World A New”.

Dengan menggunakan metode ini kita melihat praktek Bung Karno; ketika Pemilu 1955 gagal melahirkan konstitusi Bung Karno melakukan tahun 1959 melakukan Dekrit Presiden kembali ke UUD 1945. Ketika sparatisme bermunculan di saat ia punya program besar bernama revolusi sosial tetapi tak ada dukungan yang memadai baik dari partai-partai politik maupun militer, Bung Karno mencari dukungan dari PKI. Ketika Amerika memusuhi Indonesia, Bung Karno bereaksi dengan mencari kekuatan baru Rusia dan China.

Penuttup

Bung Karno adalah manusia, yang tidak luput dari salah dan alpa. Tetapi sebagai manusia, jelas ia bukan manusia biasa. Banyak pemikirannya yang sampai sekarang masih relevan. Dulu ia serukan”Revolusi belum selesai”, banyak oang menolaknya, tetapi tahun 1998 terjadi “Reformasi Politik” yang tidak lain sebuah revolusi kecil.

Dulu Bung Karno menyerukan perlunya “nation and character building”, orang melecehkannya. Sekarang ketika globalisasi menggerus budaya nasional, barulah para pemimpin berteriak perlu kembali pada kepribadian bangsa, perlu pendidikan budi pekerti, perlu akhlakul karimah, dan sebagainya. Dulu Bung Karno menyampaikan ajaran Tri Sakti yaitu,” Berdaulat di bidang politik, berdikari di bidang ekonomi, kepribadian di bidang kebudayaan”, sekarang sangat terasa relevansinya ketika negara-negara besar dengan kekuatan ekonominya menguasai sendi-sendi kehidupan bangsa, bahkan sampai ke ranah private. Bung Karno sudah melihat ada neo-kolonialisme yang akan kembali menjajah Indonesia.

Dan ketika tahun 1964 Bung Karno menyerukan “Ganyang Malaysia”, banyak orang menganggap Bung Karno hanya mengalihkan perhatian atas kegagalan membangun ekonomi dalam negeri. Tetapi sekarang baru orang sadar, bahwa karena perilaku politik pemerintahnya, Malaysia memang masih layak untuk diganyang!

Jadi, insya Allah pemikiran dan ajaran Bung Karno akan tetap relevan sampai kapanpun. Sampai kapanpun.***

Selasa, 08 Juni 2010

cerita inspirasi

Achmad sugiharto
41090075
41.2A.01



Sebening embun seindah pelangi, Loncatan Kebahagiaan
Si domba.





Pada zaman Dahulu Di sebuah pegunungan tinggi, di semak-semak tempat bermain di sebelah selatan salju, ada seekor domba dengan bulunya yang berkilau. Ia bercahaya di bawah sinar matahari, berkilau dan bersih. Itulah miliknya yang membuatnya bangga. Ia menari-nari dengan semangat. Ia menari untuk teman-temannya. Teman-temannya menganggap tariannya menarik karena itu mereka ikut menari juga. Bukan hanya berang-berang, ikan, burung hantu, bahkan ular pun ikut menari dengan penuh kegembiraan.

Si domba merasa senang dan amat bahagia karena bulunya yang sangat berkilau,tebal,dan bersih, lain dengan domba-domba yang lain, domba juga merasa dirinya adalah yang paling baik dari pada teman-temanya, dan si domba sangat mensyukuri apa yang di anugrahkan tuhan kepada nya dan si domba sangat menikmati hari-harinya dengan bermain bersama teman-temanya,di antaranya ular,ikan, burung hantu, tidak hanya bermain namun juga bernyanyi dan menari Ia menari-nari dengan semangat. Ia menari untuk teman-temannya. Teman-temannya menganggap tariannya menarik karena itu mereka ikut menari juga. Bukan hanya berang-berang, ikan, burung hantu, bahkan ular pun ikut menari dengan penuh kegembiraan sambil ber keliling-keliling hutan.


Lalu pada suatu hari, datangnya sebuah mobil pemburu. Dari dalam mobil keluarlah seorang pencari bulu domba. Ditangkapnya domba berbulu cantik itu dan dicukur habis seluruh bulunya. Bagaikan disambar petir, si domba kaget bukan kepalang. Dipandanginya dirinya di sebuah kolam. Astagaaa!! Bulu yang indah sudah tidak ada. Tinggal seonggok daging yang kurus tanpa keindahan sama sekali. Sekujur badan si domba menjadi berwarna merah muda akibat mesin pencukur tadi.
Oooh.. teman-teman domba mentertawai domba kurus yang sekarang menjadi jelek dan gundul. Domba yang semula selalu riang pun berubah menjadi sedih. Wajahnya semakin ditekuk domba jadi minder dan merasa sangat sedih karena penampilanya tidak seperti dulu lagi domba bahkan berniat mengakhiri hidupnya dengan bunuh diri karena saking sedihnya melihat penampilan tubuhnya yang sekarang. Namun di tengah ke gundahan si domba itu,

Tiba-tiba ada yang meloncat-loncat dari balik bukit, sambil menari dan bernyanyi dia sangat bahagia dan riang gembira, domba pun iri melihatnya. Ya, datanglah kelinci bertanduk dari Amerika. Hewan yang bijaksana, kelinci penuh harapan yang langka ini berhenti dan melihat domba itu.

“Hei, kawan, mengapa engkau sedih?”, tanya kelinci bertanduk kepada domba.

Dengan wajah sedih domba pun mulai bercerita.
“Dahulu aku domba yang penuh dengan bulu indah berwarna putih bersih. Aku menari di bawah matahari dan membanggakan diriku. Teman-temanku ikut menari jika melihat aku menari. Semua bahagia dengan tarianku.
Lalu datanglah di pencari bulu domba. Dia menyeretku dengan kasar. Dia mencukurku dan mengembalikan aku yang sudah gundul ini. Dan bukan itu saja, sekarang semua temanku mengejekku. Menurut mereka aku menggelikan, lucu dan berwarna merah muda”.

“Merah muda? Apa salahnya dengan merah muda?”, tanya si kelinci bertanduk kepada domba. “Tampaknya kesanmu terhadap warna merah muda itu salah. Adakah masalah dengan warna? Tentu tidak! Entah itu merah muda, ungu atau warna-warni. Kadangkala kau senang dan kadangkala kau sedih. Saat kau bersedih hati, lihat disekitarmu saja. Kau masih punya tubuh, kaki dan langkah yang baik. Benahi pikiranmu dan kau sudah menjadi lengkap!”

Si domba mengernyitkan dahi mendengar perkataan kelinci bertanduk itu.

Kelinci bertanduk melanjutnya nasihatnya.

“Mengenai tarianmu, kau bisa lebih dari itu. Kau bisa meloncat tinggi, bahkan sebenarnya kau bisa terbang. Angkat kakimu lalu hentakkan ke bawah, kau akan melambung yang disebut dengan meloncat”. Si kelinci bertanduk pun mempraktikkan loncatannya yang indah dan melambung tinggi hendak mencapai langit.
“Loncat, loncat dan loncat lagi. Loncatlah dan seakan kau berada di langit. Kurasa kau bisa kalau kau ingin mencoba. Bagaimana?”

“Pertama, angkat kakimu,” si kelinci bertanduk kemudian mengangkat salah satu kaki domba, “hentakkan ke tanah”.
Domba pun mengikuti perintah kelinci bertanduk. Ia pun meloncat tinggi. Pertama-pertama si domba ragu. Namun lama kelamaan ia menikmati loncatannya. Dengan riang ia meloncat seolah hendak menggapai langit.
Dan lihat… ternyata berang-berang, ikan, burung hantu dan ular pun mengikuti loncatannya. Semuanya meloncat-loncat dengan riang.

Domba pun merasa senang dan sangat gembira, sudah tidak murung lagi, hari demi hari di lalui domba dengan bermain dengan teman-temanya , . Ia menari untuk teman-temannya. Teman-temannya menganggap tariannya menarik karena itu mereka ikut menari juga. Bukan hanya berang-berang, ikan, burung hantu, bahkan ular pun ikut menari dengan penuh kegembiraan.

Si domba merasa senang dan amat bahagia karena bulunya yang sangat berkilau,tebal,dan bersih, lain dengan domba-domba yang lain, domba juga merasa dirinya adalah yang paling baik dari pada teman-temanya, dan si domba sangat mensyukuri apa yang di anugrahkan tuhan kepada nya dan si domba sangat menikmati hari-harinya dengan bermain bersama teman-temanya,di antaranya ular,ikan, burung hantu, tidak hanya bermain namun juga bernyanyi dan menari Ia menari-nari dengan semangat. Ia menari untuk teman-temannya. Teman-temannya menganggap tariannya menarik karena itu mereka ikut menari juga. Bukan hanya berang-berang, ikan, burung hantu, bahkan ular pun ikut menari dengan penuh kegembiraan sambil ber keliling-keliling hutan.


Selang beberapa bulang, musim salju tiba. Salju pun mengenai domba yang sedang senang meloncat. Dan salju menutupi tubuh si domba layaknya bulu yang putih bersih. Sesaat domba termangu mengenang kembali bulu-bulu indah yang dulu dia miliki. Meskipun saat itu yang menempel di badannya adalah salju, bukan bulu asli.

Waktupun terus berlalu. Kini sudah tumbuh kembali bulu-bulu domba seperti yang dulu. Putih, bersih, mengkilap. Tiap tahun di bulan Mei, pencari bulu domba kembali datang, menangkap dan menyeret si domba. Ia mencukur dan mengembalikannya sesudah domba gundul.

Sekarang domba belajar membiasakan diri dengan peristiwa ini. Ia tidak peduli. Ia meloncat-loncat dan meloncat lagi. Dan setiap kali ia meloncat, berang-berang, ikan, burung hantu dan ularpun ikut meloncat merasakan kegembiraan si domba.

Pelajaran serta hikmah yang dapat kita ambil dari cerita di atas adalah:

Di dunia yang penuh kesenangan dan kesedihan, bersyukurlah karena selalu ada yang selalu mengingatkan bahwa apapun yang terjadi kita akan selalu bisa bahagia. Dan dia bernama “pikiran” kita.

Sabtu, 22 Mei 2010

advertorial

Delapan tahun sudah Kepulauan Seribu menjadi Kabupaten Kepulauan Seribu di bawah Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. Namun, walau termasuk dalam provinsi ibu kota Republik Indonesia, kondisi Kepulauan Seribu masih tertatih-tatih mengejar ketertinggalannya.
Memang patut diakui, di beberapa sisi, kondisi Kepulauan Seribu sudah lebih baik. Contoh yang paling menonjol, Kecamatan Kepulauan Seribu Selatan sejak tahun 2007 sudah dialiri listrik selama 24 jam. Aliran listrik disambungkan dengan kabel bawah laut.
Dengan kondisi ini, warga yang tinggal di tiga kelurahan, yakni Kelurahan Pulau Tidung Besar, Kelurahan Pulau Pari, dan Kelurahan Pulau Untung Jawa, bisa mengoptimalkan wilayahnya sebagai destinasi wisata bahari.
Namun, di Kecamatan Kepulauan Seribu Utara, listrik 24 jam masih menjadi impian terbesar warga. Bahkan, Pulau Sabira, pulau terjauh, sudah bisa dipastikan tidak bisa disambungkan dengan kabel bawah laut. Perjalanan ke Pulau Sabira membutuhkan waktu 4-5 jam menggunakan perahu cepat dari Jakarta.
Sejak berstatus sebagai kabupaten, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Kepulauan Seribu bertekad menjadikan wilayahnya sebagai tujuan wisata. Dari 110 pulau yang ada, 45 pulau diperuntukkan bagi pariwisata. Namun, dari jumlah itu, baru 11 pulau yang telah dibangun dan mempunyai sarana pariwisata umum, di antaranya Pulau Bidadari, Pulau Ayer, Pulau Laki, Pulau Kotok Besar, dan Pulau Putri Pelangi.
Potensi wisata Kepulauan Seribu sangat besar. Selain menyajikan pemandangan alam laut, di kawasan ini pun bisa dikembangkan wisata kuliner, wisata sejarah, wisata konservasi alam, dan juga wisata bahari, seperti menyelam dan memancing.
Di Pulau Onrust, misalnya, terdapat bangunan peninggalan Belanda. Pulau Rambut dan Pulau Bokor sudah lama dijadikan cagar alam sehingga bisa dijadikan sebagai obyek eco-tourism. Bahkan, di Pulau Rambut, wisatawan bisa melihat segala jenis burung karena menjadi tempat singgah burung-burung dunia yang bermigrasi.
Pulau Untung Jawa yang bisa dicapai dari Pantai Tanjung Pasir, Kabupaten Tangerang, dengan perahu motor dalam waktu hanya 30 menit dengan ongkos Rp 10.000-Rp 15.000 per orang kini sudah menjadi tempat wisata kuliner.
Menurut Bupati Kepulauan Seribu Baharuddin, jumlah pengunjung ke Pulau Untung Jawa setiap akhir minggu mencapai 4.000-5.000 orang. Tahun lalu jumlah kunjungan hanya 1.000 orang setiap minggunya.
Jumlah ini belum termasuk wisatawan yang pergi ke pulau lain. Sebagian besar dari mereka memanfaatkan kapal-kapal nelayan yang cukup murah. Untuk ke Pulau Pramuka, misalnya, ongkosnya Rp 35.000 per orang.
Beragam kendala
Namun, potensi yang besar ini agaknya memang sulit didorong untuk lebih maju lagi. Selain listrik, kondisi ekonomi setelah krisis moneter belum kembali seperti semula. Sarana dan prasarana juga semakin menurun kualitasnya karena kekurangan modal.
Baharuddin menyebutkan, semua kapal penumpang umum tidak ada yang laik jalan. Fasilitas keselamatan yang ada pun tidak memadai. Namun, hanya kapal itu yang bisa dipakai saat ini. ”Untunglah hingga saat ini tidak pernah ada kecelakaan yang merenggut banyak nyawa di wilayah kami,” ujar bupati.
Pegawai pemkab pun kesulitan untuk mencapai tempat kerja mereka dengan kapal. Pemkab hanya memiliki 10 kapal, sementara jumlah pegawai yang melaju dari darat ke kepulauan sekitar 400 orang. Namun, tidak semua kapal bisa beroperasi karena selalu ada yang rusak.(sumber dinas pariwisata dinas pariwisata DKI jakarta)
Kebersihan
Persoalan lain yang mengintai berkembangnya pariwisata adalah masalah kebersihan. Sampah tidak hanya di pulau, tetapi juga di laut. Jika menyelam di Kepulauan Seribu, terutama di sekitar pulau yang dihuni penduduk, di dalam laut akan banyak ditemukan kursi, kasur, dan barang-barang rongsokan lainnya. Kantong-kantong plastik juga melayang-layang di dalam air.
Kondisi ini semakin parah sejak tahun lalu ketika Pemprov DKI Jakarta menghapus suku dinas kebersihan dari organisasi Kabupaten Kepulauan Seribu. Alasannya, masalah sampah yang ada di atas pulau hunian bisa ditangani lurah dan camat setempat.
Namun, pada praktiknya, kemampuan lurah dan camat sangat terbatas. Mereka tidak menguasai pengelolaan sampah secara teknis. Apalagi menangani sampah-sampah yang ada di laut. Mereka sama sekali tidak mempunyai kemampuan teknis dan peralatan.
Contoh paling nyata tampak di Pulau Panggang, pulau dengan penduduk terpadat di kabupaten ini. Dengan kepadatan 400 orang per hektar, pemerintah setempat harus memikirkan bagaimana cara warga membuang hajat agar lingkungan tetap bersih.
Peliknya masalah kebersihan di Kepulauan Seribu tentu akan menjadi kendala pengembangan pariwisata. Kalau hanya mencari pantai yang kotor dengan hiasan sampah, warga tidak perlu naik ojek ke Kepulauan Seribu. Warga cukup datang ke pantai publik di Marunda yang saat ini memang sudah dipenuhi sampah, yang tak hanya dari darat, tetapi juga dari laut.
Pemerintah Provinsi DKI Jakarta akhirnya mengalokasikan dana untuk memelihara pembangkit dan jaringan listrik di Kabupaten Kepulauan Seribu. Dana sebanyak Rp 3,9 miliar disediakan untuk menjaga agar listrik di Kepulauan Seribu tidak sampai padam total.
Sekretaris Daerah DKI Jakarta Muhayat, Selasa (28/4) di Jakarta Pusat, mengatakan, dana tersebut diambil dari alokasi dana pemeliharan yang ada di Dinas Perindustrian dan Energi DKI Jakarta. Dana tersebut akan segera dikucurkan dalam minggu ini atau paling lambat minggu depan.
Kepala Badan Pengelolaan Keuangan Daerah DKI Jakarta Sukri Bey mengatakan, pos anggaran listrik di Kepulauan Seribu sebelumnya ada di Dinas Pertambangan, tetapi kemudian menjadi hilang karena dinas itu dilebur menjadi Dinas Perindustrian dan Energi akhir tahun lalu. Oleh karena itu, Pemprov mengambil sebagian anggaran pemeliharaan di Dinas Perindustrian dan Energi diambil untuk pemeliharaan pembangkit dan jaringan listrik di Kepulauan Seribu. "Proses pemindahan anggaran masih sesuai koridor aturan karena kegiatannya sama-sama untuk pemeliharaan," kata Sukri.
Dana pemeliharaan listrik itu, kata Sukri, akan segera dipindahkan ke rekening Pemerintah Kabupaten Kepulauan Seribu supaya cepat digunakan. Pemprov DKI tidak ingin sebagian wilayahnya menjadi gelap gulita hanya karena dana pemeliharaan dan operasional jaringan listrik tidak tersedia.
Asisten Sekretaris Daerah Bidang Perekonomian dan Administrasi Mara Oloan Siregar mengatakan, dana yang disediakan Pemprov DKI Jakarta lebih rendah dari usulan Bupati Kepulauan Seribu, yaitu Rp 5 miliar. Dana Rp 3,9 miliar itu sesuai kebutuhan yang terkait langsung dengan listrik dan Rp 1,1 milar lainnya akan digunakan untuk program penyulingan air laut menjadi air tawar dengan sistem reverse osmosis atau osmosis terbalik.
Oleh karena itu Pemerintah Provinsi DKI Jakarta akan mencarikan dana talangan dari APBD 2009 untuk membiayai pemeliharaan listrik di Kabupaten Kepulauan Seribu. Pemprov menjamin listrik di Kabupaten Kepulauan Seribu tidak akan padam secara total.
Wakil Gubernur DKI Jakarta Prijanto, Senin (27/4) di Balai Kota DKI Jakarta mengatakan, Pemprov DKI Jakarta akan membahas masalah alokasi dana bagi Kepulauan Seribu dengan DPRD pada Selasa (28/4). Pemprov berharap agar DPRD mendukung rencana pengalokasian dana tersebut. "Pengalokasian dana itu akan dilakukan dengan mengikuti prosedur yang ada agar tidak melanggar hukum. Jangan sampai dana talangan menyebabkan masalah hukum di kemudian hari," kata Prijanto.
Menurut Prijanto, pengalokasian dana talangan diharapkan tidak perlu mengikuti proses perubahan APBD yang baru berlangsung Juni. Anggaran untuk listrik di Kepulauan Seribu tidak dialokasikan pada APBD 2009 karena Dinas Pertambangan yang biasanya mengurusi anggaran itu dilebur dalam Dinas Perindustrian dan Energi.